
Perjalanan kali ini masih seputar Sebar Qurban Nusantara (SQN), program tahunan yang diadakan oleh PKPU Humanitarian Foundation di seluruh nusantara. Program ini berbentuk donasi hewan Qurban yang disalurkan dari para donatur dalam dan luar negeri ke seluruh penjuru tanah air, dan juga ke beberapa Negara di Asia dan Afrika yang membutuhkan. Idul Adha 1433 H saya kali ini berbeda dengan Idul Adha sebelum-sebelumnya.
Hari pertama di Lombok diawali dengan melihat lokasi penyembelihan hewan Qurban. Lokasi pertama tidak begitu jauh dan masih berada di seputaran kota Mataram. Lokasi kedua yang berlokasi di Lombok Timur berada sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil (tanpa macet) dari Mataram. Berhubung di Lombok, dan karena naluri sebagai orang asli Lombok (:P), tentunya saya mengajak tamu tersebut berjalan-jalan melihat keindahan pulau yang dikenal dengan sebutan “Pulau Seribu Masjid” ini. Objek wisata di Lombok sendiri, terutama pantai, tidak jauh indah dari Pulau Bali lhooo kawan ^^. If you have time and want to see the beauty of Indonesia, this island is much recommended!
![]() |
Rumah warga |
Penyembelihan hewan qurban pada hari pertama Idul Adha Alhamdulillah berjalan lancar. Puluhan warga yang membutuhkan berkumpul dan mengantri untuk mendapatkan daging hewan yang sudah disembelih. Banyak warga yang kurang mampu merasa senang dengan adanya program ini, terlebih Index Pembangunan Manusia Provinsi NTB berada di urutan 32 dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Jadi terdapat banyak warga kurang mampu yang membutuhkan bantuan.
Dalam kesempatan kali ini, Tim SQN berkesempatan melihat kondisi tempat tinggal para penerima manfaat (beneficiaries).
Medan tempuh dalam perjalanan kali ini memang tak sesulit perjalanan ke Desa Oeue NTT (baca juga Catatan Perjalanan ke NTT). Setelah melihat kondisi perumahan para warga, kita memang harus lebih bersyukur karena kondisi kita yang mungkin lebih jauh beruntung mereka. Lombok merupakan penyumbang tenaga kerja nomor 2 (dua) terbanyak di Indonesia. Kebanyakan warga Lombok yang tidak mampu memilih untuk menjadi TKI ke Malaysia. Setelah memiliki uang yang cukup, mereka kembali ke Lombok untuk membangun rumah yang lebih layak. Hanya sedikit yang kembali untuk membuka usaha yang bersifat produktif (seperti membuka usaha kecil-kecilan). Hal inilah mungkin salah satu penyebab IPM NTB berada diurutan nomor 2 dari bawah. Satu tingkat di atas Papua dan satu tingkat di bawah NTT.
Suami ke Malaysia, dan tidak ada kabar…
“Salah satu warga kampung disini juga dulunya pernah ke Malaysia menjadi TKI, alih-alih akan mendapatkan rumah yang lebih baik sepulang suaminya, seorang istri justru menunggu bertahun-tahun tanpa kabar. Ya, suami ke Malaysia dan tak pernah kembali lagi” (Hikz, miris banget dengernya!!!).
Miris memang, tanah yang kaya dengan keindahan alam ini tidak dapat dinikmati oleh masyarakatnya.
Demikian catatan perjalanan kali ini, Warm regards from Lombok island 😉
Hi there, thanks for sharing
LikeLike
sama-sama mas 🙂 semoga bermanfaat yaa..
LikeLike